Pulau Sebuku Kecil, Sebuku Besar, Pulau Sebesi, Pulau Umang-umang, Gunung Anak Krakatau, Lagoon Cabe, Lampung. nice to meet you :)
Tulisan ini merupakan sambungan dari perjalanan wisata ke Gunung Anak Krakatau dan Pulau Di Sekitarnya (Part I). Berikut kelanjutannya...
Hari 3 – Sabtu, 17 Agustus 2013
Acara inti, pengibaran bendera merah putih di Gunung Anak Krakatau dan
di bawah laut kaki Gunung Induk Krakatau (lagoon cabe). Pukul 03:00 dini hari,
kami bangun dan segera bergerak menuju kapal dan menuju pulau dimana gunung
anak krakatau berdiri. Perjalanan ternyata cukup panjang dengan keadaan ombak
yang lumayan menggobrak abrik isi perut. Informasi yang saya dapat setelahnya,
ketika sudah stay di Kota Bandar Lampung dua hari kemudian, setenang-tenangnya
ombak menuju krakatau, paling tenang berketinggian satu meter, dan pahitnya,
kami kebagian yang kurang tenang dan kebetulan ada kapal besar lewat yang
membuat kapal semakin asik bergoyang.
Sepanjang jalan saya tertidur menahan mual, walaupun sedikit kejadian
kepanikkan teman-teman membangunkan saya dan membuat saya hampir muntah.
Untungnya ada permen andalan fis*er*an’s Fri*nd yang membantu saya mengurangi
rasa mual selama terguncang di kapal. Sekitar 06:40, ombak berasa tenang.
Beberapa teman yang lain masih tertidur dan saya yang terbangun segera naik ke
atas kapal. Ternyata anak krakatau sudah dekat. Sambil menikmati udara pagi di
laut dan melihat anak krakatau dari kejauhan. Sunrise memang telat, ternyata
ganasnya ombak menghambat perjalanan. Namun, keindahannya masih terasa setelah
berjuang di perjalanan menahan mabuk laut dengan permen andalan.
Sekitar pukul 06:50 kapal merapat, satu per satu turun menapakkan kaki
pada hitam pekatnya pasir pantai pulau anak krakatau akibat aktivitas
vulkaniknya. Setelah semua turun, rombongan segera bergerak mendaki gunung yang
memiliki sejarah vulkanis hebat pada masa lalu. Saya memilih jalan lebih dulu
dibelakang salah satu crew, agar masih bisa menikmati pagi yang tenang di atas
gunung ini.
Sejarah Vulkanologi |
Suksesi Alam |
Peta Cagar Alam Krakatau |
Peraturan "yang bukan untuk di langgar" |
Mentari Pagi di Celah Pepohonan |
Sepanjang perjalanan, trek pendakian merupakan pasir hitam. di bagian awal perjalanan, kawasan gunung ini sebagian besar ditumbuhi oleh pohon cemara yang sengaja ditanam untuk menghambat laju lahar apabila terjadi erupsi. Tumbuhan paku juga banyak ditemui dan rute yang diambil untuk mendaki gunung anak krakatau sangat jelas, karena ada patok yang menujukkan arah. bagian yang ditumbuhi tanaman, memang tidak terlalu luas, sehingga tak lama kemudian, lokasi sudah berubah menjadi padang pasir hitam dengan pasir yang halus. Sekitar 1/3 perjalanan sebelum tiba di bagian datar, mulai banyak ditemui batu-batu dengan berbagai ukuran, sehingga yang awalnya mendaki tanpa alas kaki, tepaksa memakainya karena cukup sakit jika terinjak. saat di perjalanan, kami sempat bertemu dengan biawak yang menurut informasi memang banyak hidup di pulau ini.
Punuk kecil di sana, itu puncaknya |
Persiapan Upacara |
Setibanya di bagian datar, kami beristirahat dan sebagian crew yang
sudah tiba di atas, segera memasang tiang, untuk upacara bendera memperingati
hari kemerdekaan Indonesia. Saya kira awalnya akan mendaki sampai ke puncak
sesungguhnya, ternyata hanya sampai di area datar ini saja. Mungkin bagian atas
kurang aman kali ya. Setelah semua tiba di atas, segera melakukan upacara
singkat sambil mengambil beberapa dokumentasi foto. Setelahnya acara bebas,
foto-foto, nyantai dan sebagainya sebelum turun lagi ke bawah untuk sarapan.
Untuk tiba di area datar tersebut, kurang lebih sekitar 1 jam, tergantung
kondisi fisik.
Upacara Peringatan Hut RI ke-68 |
Enjoy the moment |
Turuuunn nakk turun |
Setelah turun dan sarapan, perjalanan dilanjutkan ke lagoon cabe
yang terletak di bawah laut kaki gunung induk krakatau yang ditempuh sekitar 20
menit perjalanan dengan kapal yang kami tumpangi. Tiba di lagoon cabe, kembali
snorkeling. Bagi yang bisa menyelam, ikut melakukan pengibaran bendera di bawah
laut, untuk yang tidak bisa menyelam, bisa snorkling sembari bermain bersama
ikan-ikan cantik, termasuk clown fish yang sangat sering tampak di kawasan ini.
Sarapan di Kaki Gunung Anak Krakatau |
Snorkeling di Lagoon Cabe |
Pengibaran bendera di lagoon cabe (kaki gunung induk krakatau) |
clown fish di lagoon cabe |
Puas bermain bersama ikan dan berfoto di bawah air, rombongan segera
bergerak kembali menuju Pulau Sebesi untuk mandi, packing dan makan siang
sebelum kembali ke dermaga canti karena trip hampir selesai. Menurut informasi,
pada pagi hari bisa melihat lumba-lumba di perjalanan ataupun di sekitar pulau
anak krakatau, karena merupakan jalur lumba-lumba. Sayangnya, pagi hari kami
berada di pulau dan pulangnya sudah kesiangan
Sekitar pukul 15:00, rombongan bergerak menuju dermaga canti dan tiba
sekitar pukul 16:30, lanjut naik angkot kuning yang telah di sewa sebelumnya,
menuju Pelabuhan Bakauheni. Berhubung hanya saya dan teman yang berasal dari
Sumatera, kami turun di simpang fajar, kalianda untuk naik travel menuju
Tanjung Karang untuk menumpang beberapa hari di rumah teman (thanks to mbak
Dila).
Way Back |
Tiba di Dermaga Canti |
Travel berangkat sekitar pukul 17:00 dan tiba sekitar pukul 19:00,
sambil menunggu teman (kak Gatra), menyantap bakso menjadi pilihan yang tepat
untuk mengisi perut-perut dingin karena keseringan bergelut dengan air laut dan
angin laut dari atas kapal. Setelahnya, baru membeli tiket untuk pulang tanggal
19. Naasnya, seperti yang dicemaskan kemarin, tiket tanggal 19 ludes, terpaksa
ditunda jadi tanggal 20. *yak…hari-hari merepotkan orang ditambah satu hari
lagi. Hahaha*
Tiba di rumah mbak Dila, sekitar pukul 20:00, setelah ngobrol sebentar
lanjut mandi biar seger. Malamnya, setelah dijemput kak Gatra langsung makan
malam di kawasan Jalan Kartini. Tiba kembali di rumah mbak Dila sekitar pukul
00:30, lanjut istirahat dan tertidur.
Hari 4 – Minggu, 18 Agustus
2013
Pagi hari, tidak banyak kegiatan hari ini. Rencana awal adalah mengunjungi
way kambas. Karena terkendala suatu hal yang ribet dijelaskan, akhirnya
dibatalkan. Kunjungan ke beberapa tempat di sekitar juga batal karena sulitnya
transportasi. Akhirnya, hari ini fokus istirahat dan sebelumnya mencuci
baju-baju yang berbau amis, akibat ikan-ikan cantik yang ternyata bauuu.
Keluar rumah, sekitar pukul 22:00, untuk ngalay di kota orang. Hahaha.
Berfoto di beberapa landmark seperti bundaran Al-Furqon (bener ga sih
namanya?), buat dapetin foto berlatar belakang tulisan “Kota Bandar Lampung”.
Lanjut ke bunderan gajah, buat foto ngalay. Hahaha Puas ngalay, makan nasi uduk
lagi di Jalan Kartini. Ternyata nasinya enak, entah mungkin faktor capek,
rasanya nasi uduk ini kemarin kaya ga ada rasa. Tapi hari ini, rasanya
benar-bener sedap. Kembali ke rumah mbak Dilasekitar pukul 23:30 untuk
beristirahat dan tidur.
Ngalay at the city :)) |
ngalay at the city :)) |
Hari 5 – Senin, 19 Agustus 2013
Pagi-pagi langsung ngacir ke lokasi jemuran karena subuh ini, Tanjung
Karang turun hujan. Selesai ngangkut jemuran dan solat subuh, rasa kantuk masih
merajalela dan kembali tertidur hingga pukul 07:00. Ritual pagi blablabla, dan
beristirahat di siang hari. Sorenya, udah terniat untuk packing yang ternyata
benar-benar berguna karena malamnya, satu provinsi Lampung ternyata mati lampu
karena adanya gangguan di gardu induk di Baturaja.
Pukul 20:30, berangkat lagi buat beli oleh-oleh di gang PU. Di sini
lebih mantep ternyata. Bisa beli keripik pisang eceran. 5 ribu aja udah bisa
dapet banyak. Akhirnya beli 5 rasa keripik pisang dan 1 keripik singkong.
Recommended lah pokoknya. Lanjut ke Dawiels buat nemuin temennya mbak Dila, dan
disinilah saya tau beberapa informasi tentang pulau-pulau di selatan lampung
termasuk tentang ombak krakatau tadi. Sangat informatif pokoknya. Sekitar pukul
23:00, kembali pulang ke rumah mbak Dila, beberapa lokasi listriknya sudah
hidup, namun kawasan rumah mbak Dila masih gelap.
Icip icip gratis |
Hari 6 – Selasa, 20 Agustus
2013
Time to go home. Pagi-pagi udah bangun buat mandi dan beres-beres
bawaan. Lanjut masak sarapan, karena ga enak hati udah numpang, eh dimasakin
sarapan juga tiap hari. Apalagi ini, masa mau ngebangunin pagi-pagi buat minta
sarapan. Hahaha.
Sekitar pukul 07:00, kami bergerak menuju stasiun tanjung karang, via
angkot. Kereta berangkat pukul 08:30. Rasa kantuk benar-benar terasa, sehingga
sekitar 1/7 perjalanan, saya hanya tertidur di kereta. Bosan di kursi,
berjalan-jalan di beberapa gerbong untuk mencari lokasi nyantai yang asik.
Akhirnya dapet yang rada sepi di dekat pintu gerbong satu, sambil
bercerita-cerita dengan seorang polisi yang akan menuju Martapura.
Setelah kembali ke bangku kereta, sebagian besar dihabiskan dengan
bermain-main bersama bocah-bocah yang entah mengapa selalu membela saya kalo
ngejekin yuni. Rani namanya, bocah kelas 3 SD bersama adik bungsungnya Habibi.
Dua bersaudara lain ikut nimbrung yakni Andika dan Reza, sampai emak si Rani
pindah kursi ke sebelah. Jadilah di tempat duduk kami, berubah menjadi kawasan
teribut dan terceria di gerbong itu.
Personil tak lengkap dan blur -,- |
Pukul 21:00 kereta tiba di Stasiun Kertapati. Ada sedikit hal mengharukan di sini yang blablabla diantara tukang ribut di gerbong ini. Setelah keluar stasiun, semua berpisah dan saya tiba di rumah dan kembali ke realita.
"deadline pengajuan judul skripsi adalah...besok" :|
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Rincian Dana Transport :
- Kereta Ekonomi AC, St. Kertapati - St. Tanjung Karang (PP) : Rp 80.000
- Travel St. Tanjung Karang - Pel. Bakauheni : Rp 50.000
- Travel Simpang Fajar - Tanjung Karang : Rp 30.000
- Angkot Way Halim - St. Tanjung Karang : Rp 3.000
Biaya Open Trip Krakatau dan Pulau Lainnya : Rp 385.000
Biaya Sewa Alat Snorkel (2 hari) : Rp 70.000
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Wah bagus banget krakatau
BalasHapussemoga pariwisata Indonesia makin maju