Blog ini dibuat untuk mendeskripsikan berbagai potensi yang ada di bumi ini. mulai dari panorama, seni budayanya, makanan khas, hingga adat istiadatnya.

Tujuan saya menulis blog ini, tak lain untuk membiasakan diri untuk sering menulis dan semoga tulisan ini bisa menjadi referensi bagi pembaca dan saya sendiri. Maka dari itu, saya berusaha merangkum kondisi tempat yang bagi saya menarik serta pengalaman saya mengunjungi suatu tempat.

Semoga berguna bagi kita semua. :)

Minggu, 25 Mei 2014

Bukit Kaba, Rejang Lebong, Bengkulu (20 – 24 Mei 2014)

Setelah sebelumnya rencana ke Bukit Kaba di awal bulan batal, akhirnya teralisasi pada akhir bulan. Bukit Kaba berada di Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kab. Rejang Lebong, Bengkulu atau lebih dikenal dengan Curup yang merupakan ibukota dari kabupaten ini.


20 Mei 2014
Perjalanan dimulai dari Stasiun Kereta Api Kertapati Palembang dengan kelas ekonomi yang berangkat pukul setengah 10 pagi menuju Stasiun Lubuk Linggau. Tiket sudah kami pesan terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya dengan harga tiket kereta sebesar Rp 30.000 per orang.

Sepanjang perjalanan, banyak diisi dengan ngobrol dan tidur, kemudian kami tiba di Stasiun Kereta Api Lubuk Linggau sekitar pukul 7 malam. Cukup terlambat dari jadwal seharusnya yang tertera di tiket. Maklum saja, kereta penumpang harus mengalah jika ada kereta babaranjang yang lewat.

Keluar dari stasiun, kami langsung menaiki travel yang akan membawa kami ke Curup. Ongkos travel menuju Curup adalah Rp 30.000 per orang. Jalannya cukup memusingkan, meliuk tajam dengan tanjakan yang cukup “wah”. Alhasil, saya tidak bisa menahan muntah dalam perjalanan selama 2 jam ini. Kami diantar menuju Simpang Bukit Kaba, tetapi berhubung kondisi yang sudah malam, kami minta diantar langsung ke Posko Pokdarwis yang juga merupakan pos pendaftaran pendakian Bukit Kaba. Kami pun dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 20.000 karena jarak yang cukup jauh dan menanjak dari kawasan Simpang Bukit Kaba.

Setibanya di pos, kami mendirikan tenda di parkiran karena di posko sedang diadakan rapat. Setelah tenda berdiri, langsung memasak makan malam dan beristirahat.

21 Mei 2014
Pagi hari setelah memasak sarapan dan bersih-bersih seadanya, pendakian pun dimulai sekitar pukul setengah 11. Treknya lumayan menguras tenaga dengan banyaknya tanjakkan yang cukup terjal. Salah satu trek yang cukup sulit dan membuat saya menghela nafas sebelum lanjut melangkah adalah Tebing Cengeng. Setelah berjalan dengan 4 kaki (macam kera), akhirnya lewat juga tebing ini, walaupun didepan sana jalan masih panjang dengan tanjakkan yang tak kalah melelahkan.
Taman Wisata Alam Bukit Kaba
Sekitar 2 jam berjalan, akhirnya kami tiba di lokasi camp di bagian atas. Tapi kami tidak mendirikan tenda di sini, melainkan ke lokasi camp yang di bawah. Untuk menuju lokasi camp ini, mau tidak mau harus menuruni tebing yang curam, untungnya tebing lebih didominasi oleh bebatuan sehingga bisa menjadi pijakan.

Akhirnya tiba juga di lokasi camp dan langsung mendirikan tenda. Keuntungan ngecamp di sini memang suasanya lebih tenang dan sumber air yang lebih dekat. Hari ini diisi dengan bersantai dan malamnya tidak banyak aktivitas karena kabut cukup tebal diluar sana.
Campsite
Sumber air
22 Mei 2014
Hari ini, mulai pukul setengah 10 pagi, saatnya mengeksplorasi kawah yang ada di Bukit Kaba. Memang tidak semuanya kami datangi, hanya dua dari tiga kawah yang ada. Pertama, kami mengunjungi kawah mati dengan trek menanjak yang didominasi oleh bebatuan vulkanik kecil. Kemudian, dilanjutkan menuruni tebing bebatuan yang cukup membuat deg deg an, karena harus hati-hati berpijak jika tidak ingin terperosok karena jalur yang rapuh. Setelah memacu detak jantung dan nafas, akhirnya tiba juga di pinggiran kawah mati yang sangat dalam dengan warna kawah kehijauan.
Kawah Mati
Pinggiran Kawah
Setelah puas bersantai dan berfoto, kami lanjut ke kawah aktif dengan jalur memanjat tebing yang lain. Karena kabut yang datang cukup tebal, kami duduk dulu di genangan air yang timbul didekat tebing, sehingga membentuk seperti danau. Suasananya sangat tenang dan benar-benar membuat betah untuk santai di tepiannya.
Danau Dadakan
Setelah kabut menipis, kami mulai memanjat lagi ke atas untuk menuju kawah aktif yang terdengar menderu oleh semburan gas belerang dari perut bumi. Sebaiknya siapkan masker atau penutup hidung dan mulut ketika ke sini, karena bau belerang yang sangat menyengat. Pukul 11 kami tiba di kawah aktif dan tak bisa berlama-lama di sini, kami pun kembali ke kawah mati dan kembali memanjati tebing yang pertama untuk kembali ke tenda.
Kawah Aktif
Semburan Gas Belerang
Pukul 12, kami tiba di tenda dan langsung memasak makan siang. Sedikit insiden nasi gosong sehingga harus dimasak ulang. Kemudian, setelah nasi yang sudah di revisi telah matang, dengan ditemani sayur asem, ikan asin, dan kerupuk, kami pun menyantap makan siang dengan nikmat. Setelah beres-beres tenda dan beristirahat sejenak, sore harinya dihabiskan dengan memungut sampah di sekitar dan bercengkrama di luar tenda hingga waktu magrib.

Malamnya, berencana membuat api unggun sekalian membakar sampah yang sudah dikumpulkan. Namun apa daya, sulitnya mencari kayu karena didominasi oleh perdu dan pohon serabut. Api pun sulit bertahan karena hanya ada sedikit kayu yang tergeletak di lokasi camp, apalagi saat sampah-sampah sudah habis dibakar. Sambil menyaksikan indahnya malam dengan taburan bintang, sempat juga kami melihat bintang yang jatuh saat sedang mencoba melihat rasi bintang.

Setelah puas diluar dengan api unggun yang mulai kehilangan dayanya, kami pun masuk ke tenda dan beristirahat.

23 Mei 2014
Pukul setengah 4 dini hari, saya terbangun dan tak lama hujan pun turun. Hingga subuh, hujan masih juga belum reda sehingga rencana melihat sunrise harus batal. Pukul 9 hujan juga belum reda, dan baru disadari ternyata tenda sedikit banjir. Barulah sekitar pukul 11 kurang hujan berhenti, langsung keluar dan bersantai dahulu menikmati udara segar sehabis hujan.

Setelah bersih-bersih alat, packing dimulai, dan mulai bergerak turun sekitar pukul 2 siang. Di lokasi camp atas, kami mengambil beberapa foto sambil mengambil nafas sehabis memanjati tebing. Sekitar setengah 3, baru dilanjutkan berjalan menuju posko.
 
Panjat Terus :))
View Dari Camp Atas
Pukul setengah 4 kami pun tiba di bawah dan bertemu dengan beberapa pendaki lainnya. Setelah sedikit bercerita, akhirnya kami mendapat tumpangan ke Simpang Bukit Kaba karena ada yang membawa motor.

Sampai di simpang pasar, kami langsung menyantap makanan di sebuah warung makan karena perut yang sudah lapar tanpa diisi makan siang sebelum berjalan turun, akibat kehabisan bahan bakar. Selesai makan, cukup lama kami menunggu travel yang lewat untuk membawa kami menuju Stasiun Lubuk Linggau.

Sekitar pukul 5, barulah kami mendapatkan travel dan kembali melewati jalan yang menyiksa karena meliuk tajam dan menanjak. Untunglah saat itu masih terang, sehingga saya bisa melihat kondisi jalan serta waktu tempuh yang lebih cepat yakni 1,5 jam. Pulang ini, kami naik kereta malam yang berangkat pukul 9 malam dan tiba besok paginya.

Sekitar pukul 7 malam, kami tiba di Stasiun Lubuk Linggau dan menukarkan tiket. Dilanjutkan dengan mengunjungi Pasar Mambo yang semulanya kami ingin mengunjungi Pasar Kuliner Kalimantan yang berada di sebelahnya. Kami mencicipi bakso yang terasa agak beda dari biasanya.

Selesai makan, lanjut berjalan dan mencoba lewat jalan lain. Alhasil nyasar, kemudian bertanya pada ibu-ibu, di mana jalan menuju stasiun. Untung tidak begitu jauh dan tidak terjadi insiden ketinggalan kereta.

24 Mei 2014
Kereta tiba di Stasiun Kertapati Palembang pukul setengah 6 pagi. Kami bersantai dan sarapan pempek terlebih dahulu di stasiun, kemudian berjalan ke rumah teman untuk mengambil motor yang dititipkan. Selanjutnya, saya pun diantar pulang.

Indonesia memang indah kawan... satu tempat didatangi, rasa penasaran ke tempat lain akan hadir. Bahkan, aku merasa tak bosan untuk kembali ke tempat yang sama :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar