Berkat sedikit rejeki hasil
panitia acara olahraga Asean kemarin, muncul lah niatan untuk jalan-jalan akhir
tahun ke pulau seberang sana. Dari berbagai rencana yang sudah disusun, mulai
dari laut ataupun gunung, pilihan pun jatuh untuk ikut trip bareng anak-anak
Backpacker Jakarta, untuk camp di Pulau Sepa, Kepulauan Seribu.
Beberapa hari sebelum berangkat, aku
mencoba booking tiket kereta Kertapati (Palembang) – Tanjung Karang (Lampung),
kelas ekonomi untuk tanggal 28 Desember 2014. Sayangnya, tiket ludes terjual
dan hanya sukses membeli tiket pulang dari Lampung – Palembang untuk tanggal 3
Januari 2015.
Akhirnya, diputuskan untuk coba
datang dulu ke stasiun, barangkali ada calo yang jual dengan harga lebih murah
dari bis. Opsi kedua kita adalah, nyetop bis di jalan yang akan menuju
Lampung/Jakarta. Dari Palembang, aku berangkat dengan Kak Beben.
28 Des 2014
Sekitar pukul 7 pagi, aku mulai
bergerak menuju stasiun. Setibanya di sana, kupasang gaya sok celingak-celinguk,
berharap seorang calo mendekat dan menawari tiket. Sayangnya, hingga Kak Beben
datang, tak seorang calo pun menghampiri. Bahkan, coba di cari-cari juga
tidak ada. Akhirnya, kami putuskan untuk naik bis jurusan Indralaya dan
berhenti di seberang Fantasy Island, untuk menyetop bis yang melewati Pelabuhan
Bakauheni. Sekitar pukul 9, sebuah bis Putra Pelangi yang akan menuju Bandung,
melintas dan siap mengangkut kami menuju Bakauheni dengan ongkos Rp 120.000 per orang. Cukup overbudget,
tapi lumayan daripada naik travel atau pesan bis di loket yang harganya
mencapai Rp 200.000an, dan itu pun
baru sampai Bandar Lampungnya saja.
Sempat berfikir bakal naik bis ¾,
tapi ternyata bis ini tergolong bagus, dan dilengkapi dengan AC. Walaupun
beberapa jam duduk di bangku tembak paling depan, kenek dan beberapa penumpang
bis ini sangat ramah, dan membuat suasana menjadi cukup nyaman. Barulah
menjelang sore hari, kami mendapatkan tempat duduk yang sesungguhnya dan nyaman
untuk tidur.
Beberapa kali bis sempat berhenti
untuk menaik turunkan penumpang, ataupun mampir di tempat makan. Sayangnya, bis
ini berhenti di rumah makan yang harga makannya relatif tinggi. Makan siang di
RM Pagi Sore, kami hanya memesan 2 bungkus nasi telor dadar dengan harga Rp 40.000! Malamnya, kami istirahat
makan di RM Begadang dengan memesan 1 porsi nasi ayam dan 1 porsi nasi telor
rebus. Cukup mahal juga, tapi lumayan dibanding yang sebelumnya, karena ongkos
makan malam ini adalah Rp 39.000.
Perjalanan berlanjut cukup lama, ditambah lagi dengan adanya kemacetan.
Akhirnya, sekitar pukul 23:30, kami tiba juga di Pelabuhan Bakauheni.
29 Des 2014
Setelah berbincang dengan kenek
bis, kami diizinkan untuk menumpang sampai bis naik ke kapal. Lumayan menghemat
pengeluaran untuk membayar tiket kapal. Bis baru terparkir di kapal setelah
pukul 1 dini hari. Segera kami turun dan mengambil tas di bagasi bis, lalu
langsung naik ke ruangan penumpang untuk beristirahat. Di perjalanan, perut
sudah mulai kacau, karena masuk angin. Beberapa keping kerupuk untuk oleh-oleh
pun, disantap duluan demi kenyamanan perjalanan sembari menyaksikan film jadul
“Si Buta Lawan Jaka Sembung” yang di putar di ruang ekonomi penumpang. Sekitar
satu jam saja aku bisa sedikit tertidur, karena sekitar pukul 4 pagi, kapal
sudah merapat di Pelabuhan Merak.
Setelah turun di Merak,
rencananya ingin bersantai dulu di ruang tunggu pelabuhan. Namun, tiba-tiba
mual menyerangku karena masuk angin yang bertambah parah. hampir saja muntah,
tapi kulawan dengan permen, dan segera kami mencari tempat makan.
Pelabuhan Merak Jelang Fajar |
Selepas makan, kami solat subuh
terlebih dahulu, lalu melanjutkan perjalanan ke Terminal Kampung Rambutan
dengan bis. Kami dapat bis Arimbi dengan seat 2=2 yang ternyata harganya cukup
mahal yakni Rp 33.000 per orang.
Selama empat jam perjalanan menuju Kp. Rambutan, aku tertidur karena kantuk
yang sangat terasa.
Pukul 09:30, bis tiba di Terminal
Kp. Rambutan. Perjalanan langsung dilanjutkan menuju Kota Tua menggunakan
busway. Berikut rute busway yang kami pakai dari informasi yang kami dapat :
- Start dari halte Kp. Rambutan,
- Naik busway jurusan Kp. Melayu (turun di Halte Cawang UKI)
- Dari halte Cawang UKI, naik busway jurusan Grogol (turun di Halte Semanggi)
- Setibanya di Halte Semanggi, kami harus berjalan melewati jembatan yang cukup panjang untuk tiba di koridor bus jurusan Kota
- Naik busway jurusan Kota, dan ternyata kami harus turun lagi di Halte Harmoni (bertanya pada petugas busway di dalam bis)
- Dari halte Harmoni, kembali mengambil bis jurusan Kota dan turun di Halte Stasiun Kota.
Cukup ribet juga sampai 3 kali transit, tapi keuntungannya, lebih hemat. Selama perjalanan itu, ongkos yang dikeluarkan hanya Rp 3500 per orang.
- Start dari halte Kp. Rambutan,
- Naik busway jurusan Kp. Melayu (turun di Halte Cawang UKI)
- Dari halte Cawang UKI, naik busway jurusan Grogol (turun di Halte Semanggi)
- Setibanya di Halte Semanggi, kami harus berjalan melewati jembatan yang cukup panjang untuk tiba di koridor bus jurusan Kota
- Naik busway jurusan Kota, dan ternyata kami harus turun lagi di Halte Harmoni (bertanya pada petugas busway di dalam bis)
- Dari halte Harmoni, kembali mengambil bis jurusan Kota dan turun di Halte Stasiun Kota.
Cukup ribet juga sampai 3 kali transit, tapi keuntungannya, lebih hemat. Selama perjalanan itu, ongkos yang dikeluarkan hanya Rp 3500 per orang.
Saat berjalan menuju Kota Tua, ditengah kemacetan, kami cukup shock melihat kejadian pencurian spion mobil yang sangat cepat dan berlalu begitu saja. Tampaknya tak ada yang ribut ataupun peduli dengan kejadian tersebut. Kami pun hanya bisa melihat dan kaget. Sambutan selamat datang yang waw sekali -,-
Kurang begitu ingat jam berapa kami
tiba di Kota Tua, kami langsung bersantai sejenak sebelum lanjut keliling-keliling
kota. Sayangnya, hari Senin, museum tutup dan untuk menunggu rombongan lain
datang, masih sangat lama. Naluri jajanpacker di tempat ini, juga sangat kuat dan mengancam keselamatan finansial. Akhirnya kami putuskan untuk numpang tiduran di
rumah teman Kak Beben. Kami dijemput dan setiba di rumahnya aku langsung
istirahat tidur-tiduran. Lepas magrib, aku pun langsung tertidur.
Atas : Museum Fatahillah, Kanan : Meriam Si Jagur, Kiri : Pengisi acara di Kota Tua :)) |
30 Desember 2014
Pukul setengah dua dini hari, aku
dibangunkan, dan bersiap untuk kembali ke kota tua menemui teman-teman lainnya.
Setelah bersiap dan leyeh-leyeh beberapa saat, akhirnya kami tiba di kota tua
pukul 3 dinihari. Diawali dengan berbincang-bincang sebentar dengan berbagai
bahasan bebas, kemudian aku memutuskan untuk tidur lagi sebentar beralaskan
flysheet. Tak begitu lama aku tertidur, kemudian bangun, dan kembali mengobrol.
Tak lama datang salah seorang teman yang segrup, bernama Mbak Vita.
Sekitar pukul setengah enam pagi,
akhirnya rombongan bergerak menuju Pelabuhan Muara Angke dengan naik bis
jurusan Muara Karang. Bis menolak untuk masuk langsung ke pelabuhan, sehingga
kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke Pelabuhan Muara Angke dan
naik kapal menuju Pulau Harapan.
Kondisi jalan menuju pelabuhan Muara Angke memang cukup sempit dan ramai. Kebetulan, saat itu sedang musim hujan dan beberapa ruas jalan menjadi banjir. Aku yang memakai sepatu, otomatis harus pilih-pilih jalan di pinggiran. Setelah beberapa saat, akhirnya kami tiba di sekitar Pelabuhan.
Kapal baru berangkat pada pukul 8
pagi. Perjalanan selama 3 jam ini, diisi dengan ngobrol-ngobrol santai, hingga
akhirnya benar-benar santai alias tertidur. Kapalpun merapat di Pulau Harapan
pukul 11 siang. Kami makan siang di kantin yang PHP. Pesan sudah lama, nasi tak
kunjung tiba. Alhasil minta bungkus karena sudah kenyang duluan akibat nyemil
gorengan.
Pulau Harapan |
Setelah luntang-lantung tanpa
kepastian kemana kita akan camp, akhirnya ditentukan kita akan camp di Pulau
Melinjo. Rencana awal di Pulau Sepa, dibatalkan karena alasan tertentu. Setelah
menunggu dn menunggu, 2 kapal sewaan datang bergantian untuk membawa kami ke Pulau
Melinjo. Dari Pulau Harapan ke Pulau Melinjo memakan waktu sekitar 1 jam
perjalanan laut. Pukul 3 sore, kami pun tiba di P. Melinjo. Segera mendirikan
tenda, dan beristirahat. Kami dapat tempat yang agak ke belakang dan tertutup
pepohonan kecil karena tiba agak terlambat, karena kapal yang kami naiki adalah
kapal kedua. Aku memutuskan mandi dulu, mumpung belum begitu ramai antrian WC
tempat tinggal penjaga pulau. Mandi hanya sekedarnya, kemudian lanjut memasak makan malam bersama 3
wanita di grup kami ini, yakni Mbak Vita, Linda dan Ella. Kelar memasak, aku sempatkan untuk menikmati senja di ujung barat pulau, dengan suasana sunset yang tidak begitu tampak karena cuaca yang agak mendung.
Senja di Pulau Melinjo |
Selepas solat magrib, aku langsung
diajak makan malam bareng semua kelompok di pinggir pantai. Sebenarnya sudah agak telat aku datang, sehingga sudah
banyak yg selesai. Selesai makan, mulai bingung dengan kegiatan yang akan dilakukan malam ini. Akhirnya cuma foto-foto,
ngobrol kemudian nonton film doraemon dari HP. Aku yang kurang bisa diam dan menonton saja,
memutuskan untuk jalan-jalan di pinggir pantai dengan catatan jangan terlalu jauh. Namun, karena penasaran, aku mencoba ke dermaga. Cukup nyaman memang, tetapi anginnya sangat
kencang. Akupun kembali ke tenda untuk mengambil kain pantai.
Campsite |
Setibanya di
lokasi camp, ternyata Kak Beben sudah membuatkan api tak jauh dari lokasi camp.
Kami pun menghabiskan waktu bersama untuk main kartu, dan akhirnya diikuti oleh
beberapa teman yang datang ke lokasi perjudian tanpa bayaran ini. Setelah puas main kartu, mata mulai mengantuk. Aku masuk tenda dan tertidur
sekitar pukul 11 malam.
31 Des 2014
Mungkin sekitar tengah malam,
angin bertiup sangat kencang. Ternyata sedang terjadi badai. Untungnya posisi
kami bisa dikatakan aman, karena agak tertutup. Ada rasa ingin melihat keluar,
tapi rasa kantuk sepertinya sulit di lawan. Aku pun tertidur kembali…
Pagi datang, segera aku keluar
dari tenda. Agak kaget saat keluar tenda, ternyata tenda yang ada di pinggiran
pantai sudah berkurang banyak. Beberapa tenda yang sudah berdiri di pinggiran
pantai di depan kami ternyata sudah pindah ke tengah pulau. Ya, bisa dikatakan
tenda kami hampir menjadi barisan terdepan.
Selepas sarapan, aku pun
jalan-jalan ke dermaga sambil menyaksikan sunrise yang tidak begitu tampak. Kemudian,
aku dan Kak Beben mencoba mengelilingi pulau lewat jalan yang masih tertutup.
Sesekali kami memilih jalan pantai dan hutan. Saat sedang diperjalanan, tiba-tiba
hujan turun. Kami pun berlari, dan saat tiba di lokasi camp pakaian pun
setengah basah alias lembab. Tak mau tanggung, akhirnya aku pun rela nyebur ke
laut duluan sebelum sesi snorkeling di mulai.
Dermaga Pulau di sisi Timur |
Sekitar pukul 11, aku pun mulai
mengeringkan pakaian di badan sambil minum susu jahe. Rasa ingin mencari
ketenangan muncul lagi. Saya duduk ke ujung pantai, sambil menikmati angin,
deburan ombak, sambil bercerita sendiri. Ditutup dengan memutar musik, sebagai
sarana nyanyi teriak-teriak di alam luas. Cukup lama aku bersantai di sini, Kak
beben muncul tiba-tiba. Ternyata dia mencariku kemana-mana. Aku pun diajak
kembali ke tenda untuk makan siang, karena pukul 1 nanti, kita akan mulai
snorkeling.
Atas : view dari Barat Laut Pulau Bawah : Bakau kecil di Barat Pulau |
Sekitar pukul 1 lewat, kapal pun
datang, segera menuju spot snorkeling pertama. Setelah memakai dan menyetel
semua alat snorkel, segera aku terjun ke laut. Sayang sekali, di spot pertama
ini, visibilitas kurang baik, air juga sedang tinggi. Tidak banyak yang bisa
aku lihat. Hanya sebentar aku di laut, dan aku kembali naik ke kapal.
Spot snorkel kedua adalah Pulau
Perak. Karena pulaunya yang cantik serta banyak ayunan di pinggir pantai, kami
menikmati wilayah daratannya terlebih dahulu sambil mengisi perut dengan
gorengan dari kantin yang ada di pulau ini. Dari atas dermaga, tampak banyak
pemandangan yang bisa di lihat, sehingga membuatku tergoda untuk snorkeling.
Namun ternyata, terlalu banyak bulu babi, aku pun tidak leluasa untuk berenang,
dan kembali bersantai di pinggir pantai.
Salah seorang teman di kelompok
kami, menyarankan untuk ke sisi lain pulau yang cocok untuk area snorkeling.
Kami pun berjalan mengekor. Ternyata dan ternyata, ia pun kurang tahu
lokasinya. Malah kita kembali ke tempat awal, tepatnya mengelilingi setengah
pulau. Kita pun sekedar nyebur, coba-coba snorkeling yang ternyata sama saja.
Bulu babi semua.
Pulau Perak |
Selesai dari Pulau Perak, kami
lanjut ke spot snorkeling ke tiga. Kurang tau nama titiknya, namun tampak cukup
dalam. Entah mengapa aku jadi sedikit takut untuk turun ke laut. Karena merasa
kurang puas snorkeling, aku pun memberanikan diri dan ternyataaa… inilah tempat
yang ikannya sangat banyak, dan karangnya juga cukup beragam. Walaupun tak
sempat medapatkan foto underwater, aku cukup puas. Aku meminta roti untuk
mebagikan ke ikan. Tapi sayang sekali, sepertinya roti yang saya bagikan tidak
laku. Tak satupun ikan yang mendekat. Sedangkan yang lain, rotinya laku keras!
Asyem! Hal ini juga terjadi pada Linda, mungkin karena kami snorkeling bareng
dan aura anti ikanku sedikit tertular. Tapi dia sedikit lebih beruntung, karena
ada beberapa gerintil ikan yang masih berbaik hati menyambut rotinya.
Snorkel di spot ke-3 |
Sore mulai datang, kami diminta
untuk segera naik kapal dan pulang ke pulau. Tiba di pulau, aku, Linda, Mbak Vita
dan Ella, memutuskan untuk bilas-bilas dikit biar tidak begitu lengket.
Sayangnya, pulau sudah semakin ramai dan antrian WC luar biasa panjang.
Muncullah akal cerdik namun kurang baik. Kami ke sumur tempat cowok-cowok
mandi, karena kita yakin kalau cowok tidak mungkin lama mandinya. Karena
tempatnya terbuka, dan kita hanya berniat bilas-bilas dan tetep pake pakaian,
akhirnya kita memutuskan untuk gabung dengan bermodal nesting sebagai gayung
mandi tambahan. Aktivitas tercela ini, hanya diikuti kami bertiga yakni aku, Linda
dan Mbak Vita serta beberapa cewek dari kelompok lain. sedangkan Ella, tetap
memutuskan untuk antri. Selesai mandi dan ganti pakaian di dalam tenda, kami
mempersiapkan makan malam, dan duduk-duduk santai.
Makan malam selesai, acara tahun
baruan belum dimulai. Mata sangat mengantuk,aku pun merebahkan diri di tenda
dan hampir tertidur. Tak lama, kami diajak untuk berkumpul dalam acara tahun
baruan di pinggir pantai. Aku pun berusaha menyegarkan mata dan mengikuti
acaranya. Sedikit kesalahan karena ada alat snorkeling yang kurang saat
dikembalikan. Setelah diskusi cukup panjang, selesai, dilanjutkan dengan acara
tukar kado. Saya mendapatkan sebuah benda mirip bandana atau mungkin syal.
Setelah semua kado diterima, kami menuju dermaga untuk menerbangkan lampion dan
menyalakan kembang api. Beberapa percobaan awal, lampion gagal terbang, namun
beberapa diantaranya sukses terbang. Aku dan linda, sudah merasa sangat
mengantuk, alhasil kami pulang duluan ke tenda, dan tertidur
Tahun Baruan |
01 Januari 2015
Dor..dor.. kembang api mulai
berdentum tepat pukul 00:00. Baru saja terlelap, dan aku terbangun. Bunyinya
cukup keras, hingga aku baru bisa kembali tertidur sekitar pukul 1 dini hari.
Pagi ini, tampaknya cukup
kesiangan untuk versi liburan. Usai sarapan, packing dimulai karena hari ini
kami akan pulang kembali ke Jakarta. Usai packing, cukup lama kami menunggu
kapal yang akan membawa kami kembali ke Pulau Harapan. Kami pun menunggu sambil
makan, ngobrol sana sini, foto-foto, hingga main kartu. Sekitar jam 10 kapal
baru datang untuk membawa kita kembali ke P. Harapan.
Pukul 11, kami merapat di Pulau
Harapan. Ternyata, kami langsung naik ke atas kapal yang akan membawa kami ke
Muara Angke. Perut pun belum terisi, karena rencananya kami akan makan dulu di
Pulau Harapan. Kapal umum yang akan mengantar kami menuju Muara Angke ini,
ternyata baru bergerak jam 12 siang, sempat aku tertidur dulu sebelum akhirnya
kapal bergerak. 3 jam perjalanan banyak diisi dengan tertidur saja, karena
badan cukup lelah.
Pukul 3 sore, kapal merapat di
Muara Angke, hujan deras mengguyur. Antrian untuk turun kapal cukup lama,
karena ramai disertai hujan yang mengguyur. Sekitar pukul 15:30 barulah kami
bisa turun ke dermaga dan lanjut naik bis yang telah disewa untuk mengantar
kembali ke kawasan Kota Tua.
Pukul 4 sore kami tiba di Kota
Tua dan langsung mencari makan untuk mengisi perut yang sudah meronta. Pecel
lele menjadi pilihan. Sebentar saja, 2 porsi nasi habis masuk ke perut. Satu
persatu rombongan mulai berpamitan, begitupun aku dan Kak Beben yang ingin
mencari ATM untuk mengisi dompet yang mulai masuk angin.
Selepas dari ATM, kami berdua
kembali bersantai di kota tua, menghabiskan kopi hitam untuk menyegarkan diri.
Kami bingung untuk pulang langsung malam ini, atau stay hingga esok di Jakarta.
Kondisi keuangan yang mulai menipis, terpaksa membatasi perjalanan, padahal
tiket kereta sudah dipesan untuk tanggal 3. Dipercepat juga tidak bisa, karena
slot untuk tanggal 2 sudah habis. Akhirnya, untuk berhemat, kami stay di
jakarta dan ngemper di kota tua menunggu hingga besok siang. Malam itu, kami
hanya bergantian memejamkan mata, dan sesekali ngopi, ngobrol hingga main kartu
lagi.
02 Januari 2015
Hari mulai terang, kami masih
bersantai, sekitar pukul 9 pagi, perut mulai lapar lagi. kami mulai mengangkat
ransel untuk mencari sarapan. Usai mengisi perut, perjalanan di lanjutkan
dengan memasuki Museum Wayang dan Museum Keramik. Museum Fatahillah yang
menjadi tujuan utama di Kota Tua, ternyata belum berjodoh dengan kami, karena
sedang dalam tahap renovasi dan ditutup.
Di Museum Wayang, kami dikenakan tiket masuk Rp 5.000 per orang. Terdapat dua lantai dengan beragam koleksi wayang hingga boneka. Tak hanya dari Indonesia, beberapa koleksi dari mancanegara juga turut mengisi ruangan di museum ini.
Museum Wayang |
Setelah dari Museum Wayang, kami memasuki Museum Seni Rupa dan Keramik yang berada di seberang Museum Wayang. Tiket masuk sama seperti Museum Wayang, dan di sini terdapat berbagai karya lukisan, patung, hingga keramik-keramik peninggalan jaman dulu. Kunjungan di museum, kami tutup dengan melihat ke dalam ruangan Pameran Lukisan Mahasiswa di kawasan museum ini. Kebetulan eventnya masih berlangsung. Beberapa lukisan sempat menarik perhatian dan membuat rasa penasaran muncul.
Museum Keramik |
Hari mulai siang, kami pun sudah
bingung ingin kemana, kami hanya berkeliling dan duduk di kota tua. Tapi
sukurlah hari ini agak mendung, sehingga kota tua terasa lebih teduh, walaupun
sambil sesekali kami harus mencari tempat berteduh, akibat hujan ringan. Tapi, akibat terlalu lama di kota tua, jajan sana sini pun sulit dihindari, mulai dari buah, kopi, hingga es durian, tak kuasa ditahan, hingga alarm dompet mulai berbunyi.
Pukul 3 sore, perut mulai lapar,
kami kembali ke tempat makan kemarin, di depan Stasiun Kota. Ternyata belum
buka, dan kami pun menunggu di teras Bank BNI. Hujan deras kembali turun selama
penantian terbukanya warung pecel tersebut. Mungkin hampir satu jam kami
menunggu, akhirnya perut bisa terisi dengan satu porsi pecel ayam dan satu
porsi soto lamongan, siap kami santap.
Tepat pukul 5, kami langsung
bergerak ke terminal Kp. Rambutan dengan busway, yang semula rencananya baru
akan bergerak pukul 7 malam. Kami langsung ke Halte Stasiun Kota untuk naik
busway jurusan Blok M – Kota dan turun di Halte Harmoni. Dari Halte Harmoni,
kami lanjut naik busway jurusan PCG dan turun di Halte Cawang UKI. Dari Halte
Harmoni inilah stress kami dimulai. Ramainya penumpang yang dorongannya full
power, membuat kita tidak berhasil masuk bis yang pertama lewat, padahal
nunggunya lumayan lama. Kami berhasil masuk di bis kedua, dengan mengandalkan
dorongan penumpang di belakang agar ikut terseret kedalam bis.
Kami turun di Halte Cawang UKI,
dan lanjut dengan busway menuju Kampung Rambutan. Di sinilah stress kami
maksimal. Setelah mengantri, kami kembali tidak berhasil masuk di bis pertama.
Alhasil kami menunggu di barisan yang agak depan. Bis pun datang, kami langsung
mengambil posisi. Ternyata kami kurang beruntung, bis nya rusak karena pintu
tidak dapat ditutup. Semua penumpang disuruh kembali ke halte dan menunggu bus
berikutnya. Kembali menanti bis yang lama sekali datangnya. Mengantri di
barisan terdepan cukup mengerikan apabila ada penumpang yang mendorong dari
belakang. Akhirnya bus pun tiba. Dorongan luar biasa mulai hadir kembali.
Walaupun sudah di dalam bis, kami tidak bisa bergerak lagi dan mepet di pinggir
pintu. Benar-benar ramai dan sesak. Tidak selesai sampai di situ, jalanan pun macet,
sehingga waktu tempuh di bis yang sesak bertambah lama. Padahal jaraknya cukup
dekat. Akhirnya, satu persatu penumpang turun di beberapa halte yang membuat
kami mulai bisa bernafas lega.
Sekitar pukul 8 malan dan setelah
melalui 3 jam perjalanan dari Kota Tua, akhirnya kami tiba di Terminal Kampung
Rambutan. Segera kami memesan segelas kopi dan teh hangat, untuk menyegarkan
diri yang dibalut stress di perjalanan. Dari dulu memang tidak bercita-cita dan
tidak berniat hidup di ibukota, kecuali tidak ada pilihan lagi.
Usai menghabiskan minuman dan
bersantai menghilangkan penat, sekitar pukul 9, kami lanjut naik bis Primajasa
menuju Pelabuhan Merak. Selama 3,5 jam perjalanan, saya habiskan dengan
tertidur, bahkan sampai sukses bermimpi. Tiket bis ini ternyata tidak jauh
berbeda dengan bis sebelumnya yang lebih nyaman. Harganya yakni 30000 per
orang.
03 Januari 2015
Kami tiba di Pelabuhan Merak
sekitar pukul setengah 1 dini hari dan langsung membeli makan sejenak untuk
mengisi perut. Setelah membeli tiket kapal dan tiba di ruang tunggu, kami
menyantap makan malam yang telah kami beli sebelumnya dan langsung lanjut masuk
ke kapal. Tiket kapal ternyata juga sudah naik menjadi 15000 per orang
Kapal mulai bertolak dari
Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni. Merebahkan diri di pinggiran kapal
menjadi pilihan yang hemat dan agak sedikit nyaman. Saya kembali tertidur,
sepertinya tubuh sudah lelah, sehingga mudah sekali saya terlelap. Menjelang pukul
4, kapal merapat di Bakauheni, segera kami bangun dari tidur, dan mencari
travel yang akan membawa kami ke Stasiun Tanjung Karang. Setelah tawar menawar,
kami tetap tidak berhasil mendapat harga murah, sehingga perorangnya dikenakan
tarif 60000. 2 jam perjalanan, saya benar-benar sukses tertidur lagi.
Kami tiba di Stasiun Tanjung
Karang sekitar pukul 6. Hari masih pagi dan kereta berangkat pukul 08:30. Kami
pun sarapan dulu di depan stasiun agar perut nyaman di perjalanan. Barulah sekitar
pukul 7 kami naik ke kereta, dan hampir sepanjang pagi hingga menjelang siang, selalu
tertidur.
kereta ini entah mengapa sangat
lambat. Kami baru sampai Stasiun Baturaja pukul 4 sore, dan baru sempat membeli
makan siang. Biasanya setelat-telatnya, kereta tiba di Baturaja pukul 3 siang.
Kereta juga sempat berhenti lama di stasiun berikutnya yakni stasiun 3 gajah.
Tidak selesai sampai disitu saja
telatnya, setelat-telatnya, kereta biasanya pukul 9 malam sudah tiba di
kertapati. Sayangnya, kereta ini masih nyangkut di Indralaya. Menurut perkiraan
sore tadi, kereta ini baru akan tiba pukul 10 malam di kertapati…
… Perkiraan meleset. Satu jam
kereta tidak bergerak sama sekali, bahkan saya sempat tertidur lagi dengan
kondisi kereta yang tidak bergerak-gerak. Barulah sekitar pukul 10 lewat,
kereta kembali bergerak menuju Kertapati dan super sekali! Baru ini kereta tiba
pukul 11 malam dan menghabiskan waktu perjalanan 14,5 jam! Langsung saja kami
bergerak ke rumah teman Kak Beben untuk mengambil motor yang dititipkan dan
saya langsung diantar kembali ke rumah.
Hampir menjelang tengah malam, saya tiba di rumah dan beristirahat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar