Blog ini dibuat untuk mendeskripsikan berbagai potensi yang ada di bumi ini. mulai dari panorama, seni budayanya, makanan khas, hingga adat istiadatnya.

Tujuan saya menulis blog ini, tak lain untuk membiasakan diri untuk sering menulis dan semoga tulisan ini bisa menjadi referensi bagi pembaca dan saya sendiri. Maka dari itu, saya berusaha merangkum kondisi tempat yang bagi saya menarik serta pengalaman saya mengunjungi suatu tempat.

Semoga berguna bagi kita semua. :)

Minggu, 30 Maret 2014

Curcol Anak Kemarin Sore

Denting gitar bermain mengiringi dan mengisi kekosongan suara di malam cerah…
Bahasan yang saat ini sangat menarik untuk kudengar mulai mengisi suasana sehari-hari. Mungkin aku sedang asik-asiknya menikmati sesuatu yang cukup baru untuk ku yaitu naik gunung. Ya, aku anak kemarin sore yang jatuh cinta pada kegiatan yang satu ini setelah mencoba menikmati kuasa alam di Gunung Dempo, Pagar Alam, Sumatera Selatan. Entah takdir atau apa, dalam bulan-bulan ini, aku mulai mengenal beberapa anggota pecinta alam dan mulai masuk ke obrolan mereka.


Ini hanya postingan curcol yang mungkin banyak basa basinya. Hanya saja, tangan sedang gatal-gatalnya ingin menuliskan sesuatu di halaman ini. hahaha

Kemarin sore, aku main ke landmarknya kota Palembang bersama seorang teman cewek yang beberapa kali sempat jadi travel mate, kemudian main ke rumahnya. Kebetulan di depan rumahnya merupakan rumah salah seorang dari anggota mapala dimana tempatnya sering dijadikan tempat kumpul. Hari ini sedang sepi dan hanya ada satu orang lagi yang akan datang. Rencananya, dia bersedia untuk menemani aku dan temanku tadi untuk ke Pagar Alam lagi dengan tujuan ambil data lagi sekalian naik Gunung Dempo lagi jika Tuhan kembali mengizinkan pertengahan bulan depan.

Tak ada maksud khusus untuk berteman dengan mereka, semua mengalir begitu saja dan tanpa sengaja beragam ilmu aku petik sebagai masukkan kelak. Sudah sangat jelas, mereka yang berada di organisasi pasti memiliki skill serta teori yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan aku yang masih sangat awam dan hanya tau rasanya naik gunung saja. Benar obrolan semalam, semua bisa naik gunung asal siap. Semua bisa naik gunung asal ada Uang, Alat serta Belas Kasihan, belas kasihan dari Tuhan tentunya. Tapi, jika terjadi sesuatu yang tak di inginkan…aku bisa apa?

Mulai dari dasar navigasi standar, sedikit ilmu survival, bahkan interaksi baik dengan yang kasat mata maupun yang tidak sedikit demi sedikit masuk ke dalam pikiran.

Sempat ditanya alasan mengapa naik gunung?
Aku hanya bisa jawab “awalnya hanya penasaran dan ingin menikmati rasanya berada di puncak, tapi setelah mencoba sendiri, seperti tulisan sebelumnya, ada kerinduan tersendiri saat berjalan dan berjalan menuju puncak itu. Entah bagaimana mengatakannya, aku lebih merindukan prosesnya, dan puncak adalah bonus yang kuterima...yang pasti ini seperti ketagihan”.

Terdengar juga ucapan naik gunung bukan untuk pamer kegagahan atau gaya. Filosofi kehidupan selama pendakian mungkin sudah sering terdengar, tapi memang benar adanya. Agak bingung untuk merangkai katanya di sini, salah satunya yakni memaknai kerendahan hati. Ya, aku pribadi jika ingin gagah-gagahan, apalah yang harus di sombongkan? Skill payah, teori jauh di bawah. Mau gaya? Alat banyak minjem, sekalinya ada masih sangat standar. Bahkan jikapun dikemudian hari sudah banyak pengetahuan yang di serap, di atas langit masih ada langit. Seperti halnya tiba di puncak, ingin mendekati matahari? Bahkan melihatnya saja tak sanggup apa lagi menggapai. Menembus awan, merasa sudah menembus langit? melihat ke atas, ternyata masih ada langit.

Selain kerendahan hati, ada juga hal yang aku simpulkan sendiri yakni kesopanan. Berdasarkan interaksi tadi, salah satunya dengan mereka yang tak kasat mata. Intinya, aku datang dan bertamu lalu bagaimana caranya agar tidak berperilaku tidak menyenangkan selama di sana. Menghormati dan sopan bertindak pada alam serta semua isinya, niscaya ada kemudahan di balik itu semua.

Satu hal yang tampaknya sangat menarik dan menjadi penutup obrolan. Soal navigasi. Tampaknya menarik dan di lain waktu mungkin ada kesempatan untuk mempelajarinya atau mencoba mencari tahu sendiri dasar-dasarnya yang lebih banyak lagi. Setidaknya, aku tidak hanya naik, sampai puncak, turun. Tetapi, siap mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan serta bisa lebih mengenal alam. Mungkin, dengan beragam pengetahuan yang aku dapat, aku juga bisa ikut berkontribusi untuk alam, bukan hanya alam yang memberikan aku kepuasan batin serta pelajaran kehidupan yang lebih banyak.

Tulisan ini hanya sedikit celoteh kisah yang mungkin saja kedepannya aku menjadi salah, dan saat membacanya mungkin bisa sedikit mengingatkan ketika aku hanya anak awam yang ingin mencapai awan. Intinya, semoga terhindar dari segala jenis kesombongan atau kata lainnya, kacang lupa kulit.


J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar