Blog ini dibuat untuk mendeskripsikan berbagai potensi yang ada di bumi ini. mulai dari panorama, seni budayanya, makanan khas, hingga adat istiadatnya.

Tujuan saya menulis blog ini, tak lain untuk membiasakan diri untuk sering menulis dan semoga tulisan ini bisa menjadi referensi bagi pembaca dan saya sendiri. Maka dari itu, saya berusaha merangkum kondisi tempat yang bagi saya menarik serta pengalaman saya mengunjungi suatu tempat.

Semoga berguna bagi kita semua. :)

Kamis, 21 November 2013

Weekend di Melaka, Malaysia

Jumat malam kemarin, tiba-tiba muncul rencana untuk berlibur ke Melaka esok harinya saat weekend, Sabtu, Minggu dan Senin. Rencana awal pergi ber empat, namun keesokan harinya, salah satu teman saya sakit, sehingga hanya 3 orang yang berangkat. Kali ini ada sedikit cerita tentang liburan yang tiba-tiba ini menuju Melaka, World Heritage City.


Sabtu, 16 November 2013
Pagi hari, sekitar pukul 8 waktu Malaysia, kami bertiga bergerak ke Sri Putri untuk naik bis menuju Melaka yang jarak tempuhnya kurang lebih 2,5 jam dari Johor Bahru. Bertolak dari asrama UTM dan naik bis menuju Sri Putri dengan ongkos 2,2 RM. Ternyata Sri Putri ini tidak berupa terminal melainkan seperti halte di pinggir jalan dimana di pinggir jalan disediakan kursi-kursi taman untuk menunggu, serta di belakangnya lagi ada toko-toko yang banyak diantaranya merupakan penjualan tiket bis. Tiket seharga 21 RM, siap membawa kami menuju Melaka Sentral dengan bis yang cukup nyaman namun sangat dingin. Sepertinya bis antarprovinsinya rata-rata setara eksekutif, belum pernah lihat yang ekonomi (biar ekonomis :p)

10:30 kami bergerak dan tiba di Melaka Sentral sekitar pukul 13:00 dan langsung mencari makan siang. Beruntung sekali karena ada bakso di sini dan yang jual orang Jawa. Taste baksonya bener" sama seperti di Indonesia sehingga mengobati kerinduan citra rasa nusantara di lidah kami, walaupun porsinya lebih minim. hahaha.

Dari Melaka Sentral, kami menuju Bangunan Merah, dengan bis nomor 17 yang berhenti tepat didepan Christ Church di komplek Bangunan Merah. Berjalan" sebentar kemudian jelajah dikit mencari guest house atau hostel dengan harga yang lumayan. Semalam juga sempat googling, dan akhirnya pilihan kami jatuh pada Ringo's Foyer Guest House di Jalan Portugis. Ga terlalu jauh dari Bangunan Merah dan hanya sejengkal dari tiga objek wisata religi yakni Cheng Hoon Temple, Masjid Kampung Kling dan Sri Poyyatha Vinayagar Moorthy Temple. Harga per malam dengan kamar jenis dormitory (4 org per kamar) adalah 15 RM/orang. Berhubung sama dengan harga asrama, akhirnya kami fix menginap di sini. Fasilitas di kamar memang cuma tempat tidur, kipas angin dan loker, tapi di luar kamar tersedia shower dengan air hangat, sarapan pagi, ruang keluarga yang nyaman, gitar, rental sepeda, wifi, PC pokoknya berasa tinggal di rumah lah. Ownernya pun sangat ramah. Lengkap!
Ruang Keluarga di Guest House

Dormitory Room

Selepas menaruh ransel di kamar, kami kembali bergerak menuju Bangunan Merah untuk melihat-lihat serta menambah beberapa koleksi foto. Sayangnya, walaupun lokasi wisata di sini berdekatan, untuk masuk ke dalam, rata-rata harus bayar. Walaupun tidak begitu mahal, namun karena ada banyak spot wisata, tentu sangat menguras dompet kalau semua harus masuk. Sore hari, sudah tampak gelap dan mendung, dan kami sudah berencana untuk naik ke St. Paul Hill. Hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu, kami pun menaiki anak tangga yang cukup banyak untuk sampai di atas bukit. Tak lama hujan turun, dan waktu maghrib tiba. Kami segera turun dan menuju Surau Warisan yang berada di area Bangunan Merah, serta satu lokasi dengan Tourist Information Centre Melaka.
Christ Church
Surau Warisan dan Tourist Information Centre

Maritime Museum

Bangunan Merah

Malam hari, kami menuju Jongker Street walaupun hujan masih mengguyur. Cukup sulit lewat jalanan ini karena jalanan cukup sempit namun padat pejalan kaki, belum lagi banyak yang menggunakkan payung. Seperti biasa, saya membeli sedikit kenang-kenangan yang sering saya beli saat berwisata, satu buah gelang yang saya beli di Jongker Gallery. Di sini banyak barang-barang handcraft yang unik dan kreatif.

Setelah makan malam, kami iseng menuju Menara Taming Sari. Berbekal bahasa melayu serta logat yang sudah cukup, teman saya bertanya harga tiket dan mereka percaya kami orang lokal. Namun tak di sangka", teman yang menjadi jubir, belum tahu kalau harga wisatawan domestik dan internasional berbeda. Tersebutlah di sela-sela pembicaraan bahwa kami International Student di UTM, sehingga tarif langsung berubah menjadi 20 RM dari 10 RM. Karena merasa terlalu mahal, kami cancel dan langsung kabur. hahaha

Hujan masih asik mengguyur Melaka malam itu, sehingga kami duduk di pinggiran sungai Melaka sambil memegang payung. Malem di sini cantik banget, sambil melihat beberapa wisatawan yang naik Melaka River Cruise Jetty dengan jumlah antrian yang WOW! panjang!
Sekitar pukul 10, kami pulang ke guest house dan beristirahat.
Rainy Night on Melaka River

Minggu, 17 November 2013
Pagi hari, saya sudah terbangun duluan sedangkan yang lain masih tertidur. Ternyata, mereka tidak nyenyak tidur gara" kasurnya gatal. Sedangkan saya yang tidur di atas, anteng" saja. sepertinya gara" yang dibawah lebih lembab. Pagi" langsung buat sarapan di dapur dan nyantai sambil nunggu yang lain bangun. Pukul 11, kami baru bergerak keluar dengan menyewa sepeda seharga 10 RM/hari.

Tujuan kami hari ini adalah, Masjid Selat Melaka yang berlokasi di Pulau Melaka. Kurang lebih sekitar 5 kilometer kami bersepeda menuju masjid ini. Jarak menuju Pulau Melaka sangat dekat dengan daratan Malaysia, dan sudah ada jembatan yang menghubungkan. Kawasan Pulau Melaka, masih sangat sepi dan masih banyak pembangunan yang dijalankan. Setibanya di Masjid Selat, ternyata banyak bis pariwisata yang mengantar wisatawan ke tempat ini. Untuk masuk kawasan masjid, diwajibkan untuk mengenakan pakaian sopan serta jilbab. Sudah disediakan baju panjang dan jilbab untuk masuk masjid ini. Berhubung saya sudah mengenakan pakaian panjang, hanya perlu memakai jilbab yang telah disediakan saja.

Gowes Menuju Pulau Melaka

Masjid Selat Melaka
View Dari Salah Satu Beranda Masjid

Pemandangan dari masjid ini, sangat indah dan langsung mengarah ke Selat Melaka. Melaka Duck Tour juga melewati masjid ini dan turun ke laut. Selepas solat dzuhur, kami bergerak mengelilingi pulau. Ternyata pinggiran pulau ini, banyak digunakkan sebagai lokasi pemancingan dan suasananya masih asik banget pokoknya, banyak ilalang dan anginnya semriwing. cocok banget sepedahan ke sini.
Melaka Duck Tour

Gowes di Pulau Melaka
Setelahnya, kami mencari tempat makan yang ternyata harus keluar dari pulau. Kami pun makan di sekitar jembatan penghubung kemudian lanjut ke Bangunan Merah untuk mengunjungi Porta De Santiago sebuah benteng peninggalan sejarah yang terhubung dengan St. Paul Hill. Kami naik lagi ke atas bukit untuk masuk ke St. Paul Church. Di dalam sini, ada seniman jalanan yang mendendangkan lagu John Denver - Take Me Home yang saat ini memang sedang menjadi lagu favorit saya. Ketika teman saya asik berfoto, saya masih berdiri mendengarkan lagu yang didendangkannya dengan petikan gitarnya.

Port De Santiago
St. Paul Church dan Bapak Seniman

Di dalam gereja tua ini, ada pemakaman Belanda dimana banyak yang melemparkan uang ke dalam lubang yang diberi pagar serta jeruji besi. Tak tahu pasti apa tujuannya, tapi saya kurang tertarik dengan hal semacam ini.

Turun dari St. Paul Hill, kami turun kembali ke bawah dan mengambil sepeda yang diparkir di kawasan Replika Istana Kesultanan Melaka. Berhubung sudah bayar 2 RM, kami diizinkan masuk ke dalam. Sayangnya, kedua teman saya tidak ingin masuk, sehingga hanya saya sendiri. Dari sini saya tahu cerita antara Hang Jebat dan Hang Tuah. Terdapat 2 lantai pameran di dalam istana ini. Puas berkeliling, saya keluar dan kami memutuskan untuk pulang ke guest house untuk mandi dan istirahat sejenak.
Replika Istana Kesultanan Melaka
Ilustrasi di Balairung Sari
Kisah Hang Tuah dan Hang Jebat

Malamnya, saya dan salah seorang teman saja yang keluar. Kami berdua sebenarnya tak tahu ingin kemana, dengan sepeda masing", kami malah menemukan lokasi Pirate Park (Taman Lanun) yang ternyata sangat dekat dari guest house yang kami tumpangi. Di sini, kami naik bianglala dan coba" wall climbing. Ngeri juga ternyata, terakhir nyoba pas SMP dan itupun bukan manjat, hanya diajari teknik repling, menuruni wall. Diberi dua kali kesempatan, yang pertama mulus, namun yang kedua, tangan dan kaki sudah gemetar sehingga merasa lebih kesulitan daripada yang pertama.
Pirate Park
Wall Climbing



Selanjutnya, kami berjalan tanpa arah dan bertemu Stadion Hang Tuah yang saat itu sedang ada pertandingan sepak bola. Nonton sebentar, kemudian lanjut gowes cari tempat makan sebelum pulang ke guest house.
Stadion Hang Tuah

Senin, 18 November 2013
Hari ini, rencana akan pulang kenbali ke Johor. Pukul 11 checkout dan mencari lokasi makan Chicken Rice Ball yang menjadi salah satu kuliner khas di sini. Di sekitaran Jongker Street, rasanya agak meragukan untuk makan, karena khawatir tak halal. Berbekal cerita dari teman dan googling, ada lokasi yang sudah pasti halal, namun letaknya sekitar 3 kilometer dari Jongker Street, tepatnya di kawasan Melaka Raya. Nama tempat makan tersebut adalah ee jii ban. Dengan berjalan kaki, kami akhirnya tiba di tempat makan ini. Satu bola rice ball seharga 0.30 RM, rasanya sudah enak walaupun makan Rice Ballnya saja. Pelayanannya juga sangat cepat dan gesit serta ramah. Setelah puas menikmati makanan ini, kami segera bergerak menuju halte bis untuk kembali ke Melaka Sentral untuk naik bus menuju Johor.

Harga tiket tetap sama, yakni 21 RM, bis yang kami naiki untuk pulang, tidak sebagus  bis sebelumnya, walaupun harganya sama. Di loket bis, ada jadwal yang berbeda untuk setiap merek bis. Pukul 14:20 bis bergerak dan tiba di Sri Putri sekitar pukul 17:00 dan dilanjutkan naik bis ke Sri Pulai untuk kembali ke asrama.

=======================================================================
Melaka is nice with all these world heritage~
* Tips :
1. Lokasi wisata di Melaka Tengah, sangat berdekatan. Sehingga akan banyak berjalan kaki. Gunakkan alas kaki yang nyaman
2. Jika musim hujan, bawa payung. Atau jika ingin lebih nyaman bergerak, gunakkan poncho atau jas hujan, khususnya jika jalan" di keramaian seperti Jongker Street

17 komentar:

  1. kalau naik ke St. paul hill nya terjal gak? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terjal sih. tapi udah ada anak tangganya, jadi agak lebih mudah :)

      Hapus
  2. Haii seneng baca tulisannya
    Saya pengen ke mesjid selat melaka. Selain naik sepeda,ada transportasi umum gak ya?
    Kalau naik duck tour itu bisa mampir atau hanya lewat?
    Makasi yaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mbak Azminda
      thanks ya :)

      menurut pengalaman saya kemarin, belum ada transportasi umum yang nyebrang ke pulau tersebut. kebanyakkan yang datang adalah rombongan wisata dengan bis mereka. mungkin mbak bisa pakai taksi aja.

      Untuk ducktour, yang saya lihat kemarin cuma lewat aja. Ga ada penumpang yang turun di sekitar masjid

      Hapus
  3. Tempat sewa sepedanya disebelah mana ya mbak ? Yang disekitaran red square ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mas Wawan,
      saya waktu itu sewa di guest house tempat saya menginap. Di sekitar red square banyak kok, biasanya di penginapan :)

      Hapus
  4. Hi mbak,
    Selama naik sepeda disana parkir sepedanya aman ga?
    Kudu bayar or free.
    Ke masjid selat malaka jalannya gampang atau susah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai juga mbak,
      Selama disana aman-aman saja, asal ada kuncinya. Sepedanya bayar, kalau waktu itu 10 RM per hari

      Jalannya lancar kok, sudah aspal bagus :)

      Hapus
  5. Mbak.. advise dung bus ke johor dari melaka.. enak pake yg mana ya? Makasih..

    BalasHapus
  6. Mbak.. advise dung bus ke johor dari melaka.. enak pake yg mana ya? Makasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hampir semua bis bagus sih, tp kemaren saya naik dari terminal sri putri, bentuk bis yg dipesan ga keliatan, jd gambling aja

      kalo dapet yang seatnya 2-1 beruntung, soalnya luas dan nyaman.

      Hapus
    2. hey mbak...
      sy sering ke melaka, hampir tiep bulan, al.a sy ad keluarga angkat di sana, tapi sy gak pernah yg nama.a jln2 ke wisata2, sy pernah ke jongker stret aja, itu pun malam tahun baru cina, pengen sih, tapi takut ma polis, sy ada pasport n permit, tapi di tahan bos sy, klo masuk tmpet2 wisata gitu ada polis yg nanya IC gak....?

      Hapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. hey mbak...
    sy sering ke melaka, hampir tiep bulan, al.a sy ad keluarga angkat di sana, tapi sy gak pernah yg nama.a jln2 ke wisata2, sy pernah ke jongker stret aja, itu pun malam tahun baru cina, pengen sih, tapi takut ma polis, sy ada pasport n permit, tapi di tahan bos sy, klo masuk tmpet2 wisata gitu ada polis yg nanya IC gak....?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hay juga mas..

      Kemaren ga ada yang nanya IC ataupun passport kok. Asal kita ga macem" aja di tempat wisata, kemungkinan aman-aman aja :)

      Hapus
  10. Assalamualaikum. Jika ingin ke Negeri Sembilan yg warganya ramai keturunan minang.. Boleh hubungi saya utk travel dan beberapa lokasi. Pakej hanya RM120/hari utk travel guna Kereta dan guide. Pakej sama untuk travel ke Kuala Lumpur.

    Email tiadat@gmail.com atau whatsapp 60172397374

    BalasHapus