Selepas seminar skripsi yang pertama, akhirnya terbebas dari segala deadline dan kawan"nya, akhirnya saya dan seorang teman, Citra berencana hiking ke Gunung Pulai dan maen" ke air terjunnya. Gunung ini cocoklah untuk pemula seperti kami, dengan ketinggian sekitar 654 meter di atas permukaan laut (mdpl). Timingnya juga pas, karena sedang dilanda suasana hati yang risau, gundah, gulana...akhirnya kami melalang buana. eleh :))
ternyata, sehari sebelum berangkat, kami beruntung mendapatkan anggota baru yang juga ikut yakni Caca, Intan, Alpha, Ricky, Sam, Randhu dan Agung. Kita pun ber-9 berangkat.
Kendala sebelum berangkat cukup banyak, mulai dari sore hingga malam kemarinnya hujan deras mengguyur, dan mulai beberapa ada yang ragu untuk ikut. Besok pagi" sekali, akhirnya fix semua ikut. Sayangnya, kami kembali terkendala angkutan berupa penyewaan mobil yang semua full. Khawatir booking sehari sebelumnya karena banyak yg ragu akibat hujan. tak ada angkutan umum pula yang mengantar kesana, sekalipun taksi, lebih mahal daripada sewa mobil sehari dan jumlah kami harus memakai 3 buah taksi. Tapi semesta mendukung, tersisa pas 2 mobil lagi yang cukup menampung kami semua, walaupun mobilnya luar biasa mengerikan. Yang satu di bawa ngebut, bisa" langsung nyangkut puncak, alias terbang. yang satu sih fine" aja, tp setelah pulang baru diketahui kalo ternyata salah satu pintu ga bisa di kunci. untung tak terjadi apa" -,-. Akhirnya kami berangkat sambil mencari alkohol cair berhubung spiritus mungkin mustahil didapat di sini sebagai bahan bakar trangia untuk ngopi" cantiks di atas. Ternyata jalur yang kami pilih masuk tol dan tak ditemukan toko farmasi, ngopi" cantiks pun batal. Bukan sampai di situ saja kendala awal. Saat di jalan, tiba" hujan walaupun dengan intensitas ringan. Mulai berpikir pindah destinasi, tp terus jalan ke arah gunung, dan Alhamdulillah, hujan hanya di daerah dekat kolej saja.
Kelamaan deh cerita kendala. SKIP. Oke, mari bersenang".....
Let's go! |
Ikut dong~ |
Gunung Pulai, Johor, Malaysia
Sekitar pukul setengah 11, kami tiba di gerbang utama perkampungan Sri Gunung Pulai. Memarkir kendaraan di batas gerbang yang kedua dimana kendaraan tidak boleh masuk, serta membeli beberapa cemilan.
Kampung Sri Gunung Pulai |
Sepanjang jalur menuju puncak, semua sudah di aspal walaupun sudah beberapa yang agak rusak. tapi hanya sedikit. Panjang jalur menuju puncak sekitar 5 kilometer dan waktu normal untuk sampai di atas sekitar 1 - 1,5 jam. Berhubung kami tergolong amat sangat santai, jadi membutuhkan waktu sekitar 2 jam hahaha. 20 menit berjalan, ada percabangan jalan, yang sebelah kiri merupakan air terjun yang akan kami datangi setelah turun, dan yang sebelah kanan merupakan kawasan hutan lipur gunung pulai yang akan membawa kami menuju puncak. Banyak juga yang menjadikan kawasan ini sebagai lokasi jogging, tapi tampaknya saat kami sampai puncak ternyata sepi. hanya ada 2 orang selain kami saat itu.
Jalur menuju puncak, sebelah kirinya menuju air terjun |
sepanjang perjalanan, ada beberapa kucuran air, seperti air terjun mini yang airnya sangat segar dan dingin" adem. fresh banget buat cuci muka dan melepas lelah. Beberapa jalur tak resmi yang entah menuju kemana juga cukup banyak terlihat. Menurut info yang saya baca sebelumnya, beberapa jalur yang tak resmi yang masih berupa tanah, tidak mengarah ke puncak, jadi kami tetap di jalur yang sebenarnya saja. Hampir di sepanjang jalur sebelah kanan merupakan dinding tanah yang tinggi dan cukup rentan dengan longsor, sedangkan di kiri berupa jurang, walau di beberapa lokasi sudah di pasang pengaman.
Hutan Pelajaran? apakah sama artinya dengan hutan Pengkajian? entahlah :)), salah satu jalur yg masih berupa tanah |
Jurang di sisi kiri |
Lokasi Air Pegunungan yang Segar |
sayangnya, beberapa kegiatan vandalisme tak bertanggung jawab tertap terlihat di beberapa sudut gunung ini, menuliskan namanya dan pasangannya -,-
Beberapa tanjakkan terasa cukup terjal, walaupun masih terasa stabil saat menapak. Setidaknya ga seperti waktu di bukit pelawi, dimana saat menapak terasa tak stabil karena terlalu curam. Sekitar berjalan 3 kilometer, ada tempat istirahat berupa bangku" kayu dan batu serta di tutupi terpal sebagai atap. Kami beristirahat sejenak di sana dan melanjutkan perjalanan lagi yang ternyata semakin terjal dari tanjakkan dibawah"nya. Tapi, pemandangan yang sekilas menyembul dari balik ranting" tampak memberi semangat dengan segala keindahan pemandangan biru dan syahdu dari atas.
Nyantai dulu~ |
Sedikit obat capek, muncul di sela" semak dan pepohonan |
Sebelum tiba di puncak, kami menemukan lokasi yang sangat indah untuk memandang luas ke bawah. Kota di bawah, tampak sangat kecil namun terlihat indah diselimuti warna biru yang entah warna apa. walaupun tak seperti gunung" tinggi lainnya dimana benar" berada di atas awan, pemandangan di sini sudah cukup melepas lelah. lelah fisik, lelah pikiran. Cukup lama berdiri di sini untuk menikmati pemandangan serta mengabadikan di lensa kamera, walaupun kenyataan memang lebih indah dari tangkapan lensa hahaha
The Ladies |
Puas memandang dari ketinggian, kami melanjutkan sedikit perjalanan lagi menuju puncak. Walau menanjak, tapi sudah cukup terbiasa. Sayangnya, bagian atas cukup mengecewakan. Yang kami temui adalah tower pemancar yang di jaga oleh militer serta tidak boleh mendekat atau masuk ke kawasan. Padahal, saat kami intip sedikit, di belakang pagar besi itu, pemandangan terasa jauh lebih indah, dan hanya bisa kami nikmati dengan mencuri" pandang.
Foto di puncak pun tidak begitu indah, karena hanya berfoto dengan pos penjagaan pertama yang tidak berpenghuni dan hanya ada bendera Malaysia. Agak konyol memang karena berfoto dengan bendera orang lain, tapi tak apalah, hahaha. Akhirnya, kami makan bekal di depan pos penjagaan, ngobrol", narsis", hingga tak sadar kabut mulai turun ke arah kami. tower yang tadinya jelas, tiba" puncaknya tak terlihat lg tertutup kabut. Akirnya kami putuskan untuk turun.
Pos jaga luar yang kosong |
Makan siang |
Ada satu tower lagi di bawah, tak ada penjaga walaupun dipagari. Pemandangan di belakangnya juga indah. Akhirnya, saya menemukan jalan untuk ke belakang, karena di samping pagar, ternyata ada jalan setapak. daerahnya memang lebih sempit, namun lebih terlihat. Kehati"an harus ekstra di sini kalau tidak ingin jatuh ke jurang. Puas di sini, kami melanjutkan perjalanan turun, karena kabut juga sudah terasa di sini. Perjalanan turun mungkin lebih nyaman walaupun akhirnya cukup sakit di bagian lutut, dan salah seorang teman 2 kali terkilir karena terjatuh.
Akhirnya, kami tiba di simpangan awal menuju air terjun. Sayangnya, banyak tentara yang sedang mandi dan bakar"an di sini, sehingga terasa kurang leluasa. Belum lagi, sampah yang banyak. Benar" kurang nyaman dan memutuskan untuk pulang.
Air Terjun Paling Bawah |
Tiba", Sam menemukan jalan setapak lain yang mengarah ke air terjun tingkat atasnya yang lebih indah dan kosong serta lebih bersih. Kami pun bermain air sekenanya saja, karena kurang aman untuk ganti baju di hutan, apalagi suasana sedang ramai dan semuanya laki". Mungkin karena akhir pekan.
Menuju Air Terjun Tingkat 2 |
Air Terjun Tingkat 2 |
Kemudian, Sam dan saya, mencoba memanjati dinding air terjun yang kering, dan ternyata, ini dia air terjun sesungguhnya yang luar biasa lebih indah. Sayangnya, hanya empat orang yang naik, yakni Sam, Randhu, Ricky dan saya sendiri. Yang lain tidak ikut, karena cukup sulit untuk tiba di atas, apalagi untuk mendekati air terjun, kami harus memanjati bebatuan di samping, dan ekstra hati", karena beberapa batu sangat licin.
Tebing pertama yang dipajat menuju air terjun tingkat 3 |
Jalan sempit dengan bebatuan licin menuju air terjun tingkat 3 |
Narsis dikit |
Tiba di ujung air terjun, rasanya, semua lelah terobati. Segarnya air yang menyentuh pori" kaki dan tangan, membayar semua lelah perjalanan ke atas, hingga perjalanan memanjati bebatuan ini. Sayangnya, kami hanya bisa membawa kamera pocket yang bisa masuk kantong. Jadi, hasil fotonya lumayan pas"an. Yang penting, mata ini puas dan hati ini lega. hahaha
Setelah puas di sini, kembali berusaha menuruni bebatuan ini. Perjalanan turun mungkin lebih harus hati-hati, karena berupa turunan. setibanya di tempat teman" yang lain, barulah kami melanjutkan perjalanan ke parkiran dan pulang.
Ada kebahagian, kebersamaan, keindahan serta pencapaian tujuan yang mungkin tak bisa dilihat lensa kamera. Namun percayalah, kehidupan itu akan indah jika dijalani dengan cara yang indah - RKF
Sedikit kuot ngasal :p :
Lelah hati, lawan dengan lelah fisik. Kemudian, lelahmu pudar dibasuh indahnya mahakarya Allah - RKF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar