sebenarnya, tulisan kali ini hanya sekumpulan curahan hati saya saja. hahahah
saya berdomisili di Palembang, Sumatera Selatan. Ayah saya asal kabupaten Musi Banyu Asin sedangkan Ibu saya asal Kabupaten Ogan Komering Ulu. namun, sejak Dikandung hingga saat ini, saya tinggal dan menetap di Kota Palembang.
walaupun seluruh wilayah tersebut masih di kawasan Sumatera Selatan, ada beberapa hal menarik yang sering terpikir oleh saya. salah satunya saja 'Bahasa'. bahasa ketiga lokasi tersebut berbeda, walaupun tidak begitu jauh perbedaanya, namun sering ditemui beberapa arti kata yang bertentangan.
langsung masuk cerita aja kali ya, biar ga ribet kalimatnya. ini sepenggal cerita jaman Ayah-Ibu masih di jaman pacaran hueheehehe...
lagi nyantai bareng di rumah tantenya ayah...kebetulan si tante lagi masak pepes pisang. Nah, sebagai lelaki yang baik dan ramah (eleeee) ayah nawarin ibuk pepes pisang. sayangnya...pepesnya masih di dapur, jadi baru omongan doang.
disinilah muncul peperangan, bukan karena pepesnya di dapur, tapi karena bahasa..ya 'bahasa'. ayah saya masih terbiasa dengan bahasa daerahnya. nyebut pepes pisang itu dengan 'kecepan'
A : "dek, nak kecepan dak?" (dek, mau pepes pisang ga?)
B : "gilo!! apo dio kamu ni!?" (gilaa..apa-apaan kamu!?) *ga tau dah ditampar apa kaga, belom lahir ding :p*mengapa demikian?
bahasa daerah ayah saya, 'kecepan' itu berarti 'pepes pisang', sedangkan dari daerah ibu saya, 'kecepan' itu artinya ehem..maaf 'ciuman' . jadi...bisa di bayangin sendiri bukan mengapa bisa demikian. hahahaa
beberapa contoh yang masih saya ingat mungkin agak jauh dari Sumatera, tepatnya bahasa suku bugis. beberapa hari yang lalu, teman dari orang tua saya salah seorang warga transmigran asal bugis, yang di tempatkan di wilayah Sumatera Selatan, berkunjung dan menginap beberapa hari di Palembang karena orang tuanya masuk rumah sakit di Palembang.
kemudian, jam makan malam, kami ngebahas tentang bugis gimana, hingga akhirnya masuk ke bahasan tentang 'Bahasa'
skg ceritanya Bugis vs Musi Banyu Asin
ini kasusnya sama, nawarin makanan. ada makanan khas Bugis (mungkin) namanya 'Tumbuk', sedikit cerita lucu hasil imajinasi malam itu...
B : "mau tumbuk?"
MUBA : "tumbukla...cak kemelawanan pulok!" ('tumbuk saja, sok melawan lu!)orang niat baik mau kasih makanan, kok malah di marahin :))
ya, itu karena tumbuk dalam bahasa Musi Banyu Asin tersebut adalah 'tonjok' wajar aja kan jadi berantem hahahaha
satu lagi nih, kalo orang Bugis mau ngajakin main bola..teserah deh mau orang mana, soalnya lawannya bahasa Indonesia nih.
B : "main Golok yok!"
I : ".........ngajakin pertumpahan darah" -_-
kurang lebih begitulah kisah yang cukup unik dari keberagaman bahasa. tapi, sebenarnya justru saya salut sama bangsa kita. walaupun begitu, persahabatan dan pertemanan antar wilayah tetap terjalin dengan baik. walaupun masih sering terdengar perang antar suku, tetapi tidak semua suku berperang, bukan? lagi pula bahasa bukan faktor pemicu utamanya.
apalagi, sempat baca tulisan di internet bahwa, perang antar suku sudah menjadi seni untuk menari, sudah jarang terjadi peperangan lagi. semoga nantinya sudah tidak ada peperangan di bumi tercinta.
memang sepele, dan tidak separah itu bisa bikin perang. hahaha. namun entah mengapa saya merasa unik dan tertawa sendiri kalau membayangkannya.
jadikan perbedaan ini sebagai motivasi untuk mempelajari budaya yang ada di negeri kita. jangan sampai baru sadar bahwa kita punya, setelah adanya pemberitaan dan kontroversi tentang perebutan kebudayaan. apalagi kita baru tau dari media setelah kejadiannya memanas.
agak ga nyambung ya dari bahasa jadi perebutan budaya. tapi begitulah...
dari mempelajari budaya, kita bisa tahu bahasa, kesenian dan adat istiadat suatu wilayah.
'Lestarilah budaya Indonesiaku!'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar